Universitas Gadjah Mada Magister Pengelolaan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang MPL
    • Indentitas Program MPL
    • Tujuan
    • Visi & Misi
    • Pengelola dan Staf MPL
  • Admisi
    • Lama study
    • Pendaftaran
    • Kurikulum
    • Akreditasi Prodi
  • Thesis
    • Tema Thesis
  • Fasilitas
  • Kerjasama
  • Beranda
  • News
  • Eksplorasi Bentang Alam dan Isu Lingkungan: Mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan UGM Belajar Langsung di Lapangan

Eksplorasi Bentang Alam dan Isu Lingkungan: Mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan UGM Belajar Langsung di Lapangan

  • News
  • 11 June 2025, 14.58
  • Oleh: faisal.geo
  • 0

Yogyakarta, 8 Juni 2025 — Mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, melakukan kegiatan pengamatan lapangan dalam rangka pembelajaran mata kuliah Manajemen Lingkungan. Kegiatan ini dipandu oleh dua narasumber utama, yakni Dr. Langgeng Wahyu Santosa, S.Si., M.Si., yang membawakan materi dari sisi geofisik dan lingkungan fisik, serta Prof. Dr. Luthfi Muta’ali yang membahas aspek perencanaan wilayah dan kebijakan tata ruang. Pengamatan dilakukan pada tiga lokasi dengan karakteristik bentang lahan yang berbeda, masing-masing menyimpan isu lingkungan yang kompleks sekaligus peluang untuk solusi berkelanjutan.
Pada titik pengamatan pertama, mahasiswa mengamati karakteristik bentang alam Fluvio-Gunungapi, yakni dataran yang terbentuk dari proses aliran vulkanik dan aluvial. Dr. Langgeng Wahyu Santosa, menjelaskan bahwa wilayah ini memiliki potensi besar dari sisi sumber daya air, dengan ketersediaan air permukaan dan tanah yang subur mendukung pertanian intensif. Ini menjadikan kawasan ini sebagai wilayah yang strategis untuk ketahanan pangan.


Namun, isu lingkungan yang mencuat adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman, terutama karena tekanan pembangunan dan pertumbuhan penduduk. Konversi lahan ini mengancam produktivitas lahan, menyebabkan degradasi ekosistem lokal, dan memicu persoalan seperti limpasan air hujan (run-off) yang lebih tinggi serta penurunan kapasitas resapan air.
Prof. Dr. Luthfi Muta’ali menekankan pentingnya kebijakan tata ruang yang mempertahankan lahan pangan abadi di kawasan ini. Ia juga mengingatkan pentingnya penataan ruang berbasis daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta perlunya regulasi zonasi yang ketat untuk menghindari konflik penggunaan lahan di masa depan. Integrasi sistem irigasi teknis yang berkelanjutan, perlindungan zona pertanian melalui peraturan daerah, dan pendekatan tata ruang partisipatif yang melibatkan masyarakat dalam menjaga fungsi ekologis wilayah.
Lokasi kedua, mahasiswa menelusuri kawasan Gunungapi Purba Nglanggran, sebuah situs geologi penting yang menyimpan jejak sejarah vulkanisme kuno. Dr. Langgeng Wahyu Santosa, menjelaskan proses terbentuknya gunungapi purba yang kini berubah menjadi bentang alam berbukit dengan struktur patahan. Kawasan ini memiliki potensi bencana geologi, terutama kerentanan terhadap gempa bumi, mengingat lokasinya berada di zona sesar aktif.


Isu lingkungan utama di wilayah ini adalah keterbatasan ruang hidup. Topografi yang bergelombang dan lembah sempit membatasi pemanfaatan lahan, sehingga banyak permukiman tumbuh di zona-zona rawan bencana. Prof. Dr. Luthfi Muta’ali menyoroti bahwa tanpa perencanaan ruang yang memperhatikan aspek risiko bencana, pembangunan di wilayah ini dapat memicu korban jiwa dan kerugian ekonomi di masa depan.
Mahasiswa juga melakukan pengamatan mandiri di Embung Nglanggran, sebuah infrastruktur konservasi air yang berfungsi menampung air hujan dan irigasi untuk perkebunan buah di sekitarnya. Selain sebagai penyedia air, embung juga memiliki fungsi estetika dan ekowisata.
Solusi yang disarankan adalah pengembangan sistem informasi mitigasi bencana berbasis masyarakat, penguatan regulasi zonasi kawasan rawan bencana, serta pemanfaatan embung sebagai model ekosistem terintegrasi yang menggabungkan konservasi air, pertanian organik, dan wisata berkelanjutan.
Lokasi terakhir pengamatan berada di Desa Ngringrong, kawasan karst yang terkenal dengan fenomena gua bawah tanah dan sistem sungai bawah permukaan. Dr. Langgeng Wahyu Santosa, menjelaskan bahwa kawasan karst memiliki keunikan hidrologis dan geologis, namun sangat rentan terhadap pencemaran dan kerusakan struktur tanah. Sifat batuan kapur yang mudah larut menyebabkan kawasan ini memiliki jaringan air bawah tanah yang kompleks dan sulit dipetakan.


Isu lingkungan di kawasan ini mencakup tingginya ancaman terhadap kualitas air bawah tanah akibat limbah domestik dan aktivitas pariwisata yang tidak dikelola dengan baik. Selain itu, pengembangan infrastruktur berat di kawasan karst dapat memicu keruntuhan tanah dan hilangnya fungsi ekologis gua sebagai habitat kelelawar dan keanekaragaman hayati lainnya.
Prof. Dr. Luthfi Muta’ali menekankan bahwa kawasan karst perlu dikelola secara hati-hati dan berbasis konservasi. Pembangunan harus dilakukan secara terbatas dengan kajian AMDAL dan penilaian risiko geologi yang ketat.
Penerapan kebijakan perlindungan kawasan karst dalam dokumen RTRW, pemetaan speleologi dan jaringan air bawah tanah secara rinci, serta pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan ekowisata yang ramah lingkungan.


Kegiatan pengamatan lapangan ini menjadi ajang pembelajaran kontekstual yang sangat penting bagi mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan. Dengan melihat langsung karakteristik bentang alam dan permasalahan lingkungannya, mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai dinamika spasial, risiko ekologis, dan tantangan pembangunan yang berkelanjutan.
Melalui bimbingan dua narasumber ahli, mahasiswa tidak hanya mengenal gejala-gejala fisik lingkungan, tetapi juga memahami implikasi tata ruang dan kebijakan yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan wilayah. Aktivitas ini sekaligus memperkuat kemampuan analitis, keterampilan observasi, serta menyadarkan pentingnya kolaborasi lintas disiplin dalam merumuskan solusi berbasis wilayah.
Dengan pengalaman ini, diharapkan mahasiswa mampu menjadi perencana dan pengelola lingkungan yang memiliki kepekaan ekologi, wawasan spasial, dan kemampuan merumuskan kebijakan berbasis bukti untuk mendukung pembangunan yang lestari.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Universitas Gadjah Mada

Magister Pengelolaan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 55281 Indonesia
tlp : 0813 2858 5010
Fax: +62 274 – 545965

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju